.

18 Agustus 2008

Obesitas, Penyakit yang Mengancam Jiwa

Foto: mensjourneyid.com
OBESITAS atau yang lebih dikenal dengan istilah kegemukan, bukanlah hal yang terasa asing di telinga.

Sebab, belakangan ini semakin mudah menemukan orang dengan kondisi tubuh yang tertutup lemak dengan ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan ukuran normal.


Pertambahan penderita obesitas yang kian signifikan bukan satu hal yang tak beralasan.





Sebab, perubahan gaya hidup yang menyukai segala sesuatu yang serba instan punya andil cukup besar terhadap terjadinya obesitas.


Jika dilihat dari dampak yang bisa dimunculkan obesitas, penyakit ini tak hanya akan membuat seseorang menjadi tidak nyaman dari sisi penampilan tapi juga berpotensi mengalami komplikasi berbagai penyakit mematikan.

Sebab, timbunan lemak berlebih di bawah diafragma dan dalam dinding dada bisa menekan paru-paru.

Sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas ringan.

Gangguan pernafasan bisa juga terjadi saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (sleep apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Dan yang lebih mengerikan, obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun yang mematikan.

"Jika obesitas atau kegemukan tidak diperhatikan jauh-jauh hari, maka penyakit ini akan merambat ke organ tubuh lainnya. Kalau terlambat ditangani, bisa mengakibatkan aneka komplikasi penyakit pada organ tubuh lain," jelas dr Afdhalun A Hakim SpJP, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Otorita Batam.

Sebut saja diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke, coronary artery disease, tekanan darah tinggi, kolesterol yang tinggi, ginjal, dan gallbladder disorders, batu kandung empedu dan batu kandung kemih, gout atau asam urat dan artritis gout, osteoartritis, dan sebagainya.

Melihat besarnya resiko yang bisa terjadi saat seseorang mengalami obesitas, hal penting yang harus dilakukan pastinya adalah membuang lemak berlebih dan menurunkan berat badan yang menjadi penyebab munculnya obesitas.

Sebab, walau lemak sangat diperlukan tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, sebagai penyerap guncangan dan sebagainya, tapi jika jumlahnya berlebihan bisa membahayakan kesehatan.

Sehingga, jumlahnya harus selalu berada di ambang batas normal.

Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan.

Keduanya juga penting untuk mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan.

Penting juga melakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.

Diet juga harus dilakukan secara aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan seperti vitamin, mineral dan protein.

Diet untuk menurunkan berat badan juga harus rendah kalori. Program penurunan berat badan harus diarahkan pada penurunan berat badan secara perlahan dan stabil.

"Walaupun diet merupakan terapi jitu yang dapat mengurangi dan mencegah obesitas. Namun sebaiknya, diet yang dilakukan tetap disertai konsultasi dokter. Karena diet yang sembarangan akan membahayakan tubuh dan membuat fungsi tubuh tak dapat berjalan normal," ungkap dr Afdhalun.

Terlebih, tak jarang ada diet dan olahraga yang memerlukan obat untuk membantu tubuh menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru tersebut.

Sehingga, memutuskan untuk mengatur sendiri diet yang terlalu ketat tanpa panduan dokter atau ahli gizi justru bisa menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi.

Selain itu, uaya mengonsumsi obat-obatan pelangsing tubuh yang dijual secara bebas juga tidak selalu aman. (*)




Konsumsi Fast Food Perparah Obesitas


BICARA tentang faktor penyebab obesitas, sebenarnya ada cukup banyak faktor yang menyebabkannya.

Artinya, faktor keturunan atau genetik bukanlah penyebab utama obesitas. Sebab, masih ada sejumlah faktor lain seperti faktor lingkungan, psikis, kesehatan, perkembangan, dan aktivitas fisik.

"Obesitas yang disebabkan faktor genetik hanya sebesar 33 persen saja. Sedangkan 67 persennya, lebih banyak disebabkan faktor lingkungan dan diri sendiri. Yakni disebabkan jumlah makanan yang dikonsumsi dan kurangnya olahraga," jelas dr Afdhalun A Hakim SpJP, dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Otorita Batam.

Pola makan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemak serta rendah serat, disinyalir semakin memicu bertambahnya jumlah penderita kegemukan dan obesitas.

Apalagi diperparah kegemaran orang mengonsumsi fast foods sebagai dampak keinginan serba instan akibat kesibukan tanpa diimbangi olahraga yang cukup.

Alhasil terjadi penimbunan lemak yang berlebih.

Selain pola hidup, faktor psikis juga mempengaruhi pikiran seseorang yang akan bereaksi terhadap emosi dan mendorongnya untuk makan.

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menyebabkan obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak dan makan di malam hari atau sindroma makan pada malam hari. Keduanya biasa dipicu rasa stres dan kekecewaan.

Penyebab lain yang juga bisa menyebabkan obesitas adalah adanya penyakit yang diderita. Sebut saja, penyakit hipotiroidisme, sindroma cushing, sindroma prader-willi dan sebagainya.

Atau seseorang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu yang memiliki dampak peningkatan berat badan.

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan juga menjadi penyebab utama meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur.

Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, tentu saja akan mengalami obesitas.

Selain penyebab yang multifaktor, obesitas juga dibedakan menjadi tiga kategori yang berbeda berdasarkan kelebihan berat badan yang dialami.

Bagi orang yang mengalami kelebihan berat badan berkisar antara 20 hingga 40 persen, obesitas yang dialami masih dalam kategori ringan.

Selanjutnya, dikatakan obesitas sedang jika berat badan seseorang mengalami kelebihan antara 41 hingga 100 persen.

Dan yang paling parah adalah obesitas berat dengan kelebihan badan lebih dari 100 persen. Dari kebanyakan kasus yang ada, ditemukan sebanyak 5 persen penderita obesitas berat di antara orang-orang yang gemuk.

Dibandingkan pria, wanita rata-rata memiliki lemak tubuh yang lebih banyak. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25 hingga 30 persen pada wanita dan 18 hingga 23 pada pria.

Artinya, wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30 pesen dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25 persen dianggap mengalami obesitas.

Selain jumlah lemak yang ditimbun, lokasi penimbunan dan pola penyebaran lemak pada tubuh pria dan wanita berbeda.

Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong sehingga memberi gambaran seperti bentuk buah pir.

Sedangkan pria biasanya lemak ditimbun di sekitar perut sehingga memberi gambaran seperti bentuk buah apel.

Dibandingkan bentuk pir, penimbunan lemak menyerupai buah apel yang menumpuk di bagian perut lebih berbahaya dan rentan memunculkan penyakit mematikan. (*)


Tips Kurangi Berat Badan

SETIAP orang pasti tak ingin 'terjebak' dalam tubuh yang gemuk bahkan hingga taraf obesitas. Tak hanya akan memengaruhi rasa percaya diri dalam lingkungan sosial, kegemukan memiliki efek buruk terhadap kesehatan secara keseluruhan.

Sehingga, cara yang paling tepat adalah dengan menjaga berat badan agar tetap berada dalam batas normal atau segera menurunkannya jika melebihi ambang normal.

Meski bukan perkara mudah, tapi bila seseorang memiliki keinginan kuat untuk menurunkan berat badan, hal tersebut bukan hal mustahil.

Sebab, hal-hal kecil yang kerap dianggap sepele, ternyata memiliki andil besar terhadap peningkatan berat badan secara drastis.

Nah, bagi Anda yang memang telah berkomitmen ingin menjaga berat badan dalam ambang normal, tak ada salahnya untuk segera mengubah pola hidup sehari-hari.

Baik pengaturan pola makan ataupun melakukan aktivitas yang bisa membantu pembakaran lemak berlebih.

Lantas, apa saja yang bisa Anda lakukan? Berikut beberapa tips yang bisa menjadi panduan:

1.Cobalah menggunakan tangga untuk mencapai ketinggian dua lantai. Dibandingkan menggunakan elevator, kegiatan ini akan membakar kelebihan kalori pada tubuh Anda.

2.Gunakanlah sepeda untuk mengunjungi rumah sahabat atau kerabat yang hanya berjarak beberapa blok dari rumah Anda, daripada menggunakan mobil.

3.Jika tetap harus menggunakan mobil, cobalah memarkirnya beberapa meter dari tempat tujuan, agar Anda bisa sedikit berjalan.

4.Biasakan untuk berolahraga ringan selama 30 menit per sesi, dengan frekuensi tiga kali seminggu.

5.Cegahlah penggunaan remote kontrol saat menikmati acara televisi atau hiburan musik dari sound system kesayangan Anda. Sedikit gerak saat mengganti saluran televis akan lebih menyehatkan tubuh Anda.

6.Makanlah saat mulai merasa lapar, dan berhentilah makan sebelum kekenyangan. Hindari sikap berlebihan dalam mengonsumsi makanan. Ingatlah, setiap kelebihan kalori akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan berpotensi menjadi sumber penyakit.

7.Jika Anda menginginkan makanan ringan pada waktu senggang, pilihlah buah-buahan untuk menggantikan makanan ringan siap saji. Biasanya makanan ini mengandung kalori dan tambahan lemak yang tinggi.

8.Hentikan kebiasaan mengudap makanan ringan saat menonton tayangan televisi, sebab Anda akan kesulitan mengontrol jumlah kalori yang masuk melalui makanan tersebut. (*/net)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan komentar Anda